Rektor IAIN Gandeng 30 Pendeta Lawan Intoleransi

id lintas agama

Rektor IAIN Gandeng 30 Pendeta Lawan Intoleransi

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Prof. Dr. H. Zainal Abidin M.Ag menyampaikan materi tentang pluralisme agama pada dialog tokoh lintas gereja Kabupaten Sigi di Kemenag Sigi, Selasa. (Antarasulteng/Muhammad Hajiji)

Saya mengajak kepada kawan-kawan saya dari Agama Kristen untuk bersama-sama melawan radikalisme atas nama agama yang dibangun oleh kelompok-kelompok tertentu dalam kehidupan sosial
Sigi, Sulawesi Tengah, (Antarasulteng.com) -Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah menggandeng 30 pendeta di Kabupaten Sigi untuk melawan tumbuh dan berkembangnya radikalisme atau intoleransi yang dibangun oleh kelompok-kelompok tertentu.

30 pendeta tersebut berasal dari Gereja Pantekosta Indonesia Donggala (GPID), Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) dan Bala Keselamatan (BK) wilayah barat, yang tersebar di masing-masing gereja di Kabupaten Sigi,kata Rektor IAIN Palu, Prof Zainal Abidin di Sigi, Selasa.

"Saya mengajak kepada kawan-kawan saya dari agama Kristen untuk bersama-sama melawan radikalisme atas nama agama yang dibangun oleh kelompok-kelompok tertentu dalam kehidupan sosial," ungkap Rektor IAIN Palu Zainal Abidin pada dialog lintas tokoh gereja se-Kabupaten Sigi, di Kemenag Sigi, Selasa.

Zainal Abidin menyatakan melawan gerakan radikal dan intoleransi dalam kehidupan sosial, tidak hanya menjadi tugas pemerintah tapi juga menjadi tugas dan kewajiban tokoh-tokoh agama di masing-masing agama dan persekutuan gereja yang ada di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, untuk menjaga dan merawat serta mewujudkan kerukunan dan kedamaian yang berkualitas.

"Kita berkeinginan untuk hidup rukun, aman, damai dan tenteram. Oleh karena itu, kedamaian harus kita bangun secara bersama-sama dengan menyatukan persepsi atau pendapat kita yang mengedepankan persamaan agama," ujarnya.

Ketua MUI Palu itu berharap 30 pendeta tersebut turut serta berperan di masyarakat khususnya dimasing-masing jemaatnya untuk memberikan pembinaan serta peningkatan pemahaman tentang substansi perbedaan yang ada, agar pemeluk agama tidak terjebak pada teks anjuran agama.

Dirinya mengutarakan bahwa dalam kehidupan sosial untuk mewujudkan kerukunan antar pemeluk agama, masing-masing agama jangan menonjolkan perbedaan. Melainkan persamaan agar kerukunan yang berujung pada perdamaian dapat terwujud dengan baik.

"Islam dan Kristen yang memiliki persamaan yang banyak, oleh karena itu persamaan yang harus kita tonjolkan. Bukan perbedaan yang di tonjolkan. Karena itu dibutuhkan peningkatan pemahaman terhadap substansi dari perbedaan sebagai suatu kehendak Tuhan," urainya.

Kementerian Agama Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menghadirkan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu Zainal Abidin pada dialog tokoh lintas gereja, Selasa (29/11).

Pakar pemikiran Islam modern itu dihadirkan dengan kapasitas sebagai narasumber yang akan membawakan materi tentang pluralisme agama dan menangkal tumbuh dan berkembangnya gerakan radikalisme.