Al Qaida Akui Serangan Di Irak

id al qaeda

Al Qaida Akui Serangan Di Irak

Ilustrasi

Baghdad - Kelompok Al Qaida di Irak hari Senin mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan penembakan dan pemboman selama liburan Idul Adha yang menewaskan puluhan orang di sejumlah penjuru negara itu.

Menurut Negara Islam Irak (ISI), serangan-serangan selama liburan empat hari mulai Jumat dilakukan sebagai pembalasan atas penangkapan sejumlah wanita Arab Sunni oleh pasukan keamanan Irak dalam upaya menemukan kerabat pria mereka yang diburu aparat.

Kelompok Al Qaida itu menyatakan menugasi anggota-anggotanya di Baghdad dan daerah lain di Irak untuk melancarkan serangan-serangan itu sebagai pesan cepat kepada pemerintah Irak.

"Mereka akan membayar mahal atas apa yang telah mereka lakukan, dan mereka tidak akan bisa bermimpi dengan tenang pada malam atau siang hari, pada Hari Raya atau bukan," katanya.

Serangan-serangan pada liburan Idul Adha menewaskan 44 orang dan mencederai lebih dari 150, dan kekerasan terburuk terjadi pada Sabtu ketika 31 orang tewas.

Gelombang serangan Al Qaida itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak pada tahun ini.

Pemerintah Irak mengumumkan September sebagai bulan paling mematikan dalam waktu lebih dari dua tahun, dengan jumlah korban tewas dalam serangan mencapai 365.

Statistik yang disusun kementerian-kementerian kesehatan, dalam negeri dan pertahanan menunjukkan bahwa 182 warga sipil, 88 polisi dan 95 prajurit tewas dalam serangan-serangan pada September.

Menurut data itu, 683 orang cedera -- 453 warga sipil, 110 polisi dan 120 prajurit.

Jumlah korban pada September itu merupakan angka tertinggi yang diumumkan pemerintah sejak Agustus 2010, ketika 426 orang tewas dan 838 cedera dalam serangan-serangan.

Sepanjang Agustus, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber keamanan dan medis, 278 orang tewas dalam serangan-serangan di Irak.

Serangan-serangan itu berlangsung setelah pemerintah Irak mengumumkan bahwa 325 orang tewas dalam kekerasan di Irak sepanjang Juli, yang menjadikannya sebagai bulan paling mematikan di negara itu dalam waktu hampir dua tahun.

Angka dari pemerintah biasanya lebih rendah daripada yang diberikan oleh sumber-sumber lain, namun jumlah korban pada Juli itu lebih tinggi dibanding dengan data yang dihimpun oleh AFP berdasarkan laporan dari aparat-aparat keamanan dan petugas medis.

Menurut hitungan AFP, sedikitnya 278 orang tewas dan 683 cedera akibat kekerasan di Irak sepanjang Juli, sedikit lebih rendah daripada angka pada Juni.

Irak dilanda kekerasan yang menewaskan ratusan orang dan kemelut politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.(M014/SKD)