Legislator : pemerintah bangun huntara jangan kejar tayang

id huntara

Legislator : pemerintah bangun huntara jangan kejar tayang

Pembangunan hunian sementara (Huntara) oleh Kementerian PUPR untuk pengungsi Petobo terus kebut pembangunananya, Senin (23/10). Pembangunan huntara sebanyak 500 unit dan dibanguan diatas lahan seluas satu hektar, (Foto: Antara/Moh Ridwan).

Hal tersebut dimaksudkan supaya huntara dan huntap yang akan dibangun tidak terkesan mubazir dan sekadar kejar tayang. Ini proyek besar yang sedini mungkin diantisipasi
Palu,  (Antaranews Sulteng)- Legislator DPRD Sulawesi Tengah Muhammad Masykur mendesak pemerintah agar tidak sekedar kejar tayang terkait pembangunan hunian sementara bagi korban gempa, likuifaksi dan tsunami di Kota Palu, Sigi dan Donggala.

"Hal tersebut dimaksudkan supaya huntara dan huntap yang akan dibangun tidak terkesan mubazir dan sekadar kejar tayang. Ini proyek besar yang sedini mungkin diantisipasi," kata Masykur di Palu, Rabu.

Ketua Fraksi NasDem DPRD Sulawesi Tengah, itu juga meminta pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota agar mempertimbangkan banyak aspek?dalam melaksanakan pembangunan hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap) bagi warga korban bencana gempa bumi di provinsi itu.

"Selain itu, sebut dia, yang utama dan terpenting dari semua itu adalah peruntukannya dapat dinikmati dengan aman dan nyaman bagi mereka yang berhak," kata Masykur.

Menurut dia aspek yang harus dipertimbangkan diantaranya adalah partisipasi warga. Ini penting dijadikan pertimbangan utama sebelum terlambat.

Sebagai korban, mereka mesti dilibatkan mulai?dalam proses perencanaan, pelaksanaan sampai tahap akhir. ?Sebab, program tersebut satu kesatuan dengan pemulihan warga korban pasca bencana gempa, tsunami dan likuifaksi. ?

"Prinsip dasarnya, pemerintah menempatkan warga tidak semata-mata sebagai korban bencana, namun juga sebagai pelaku aktif dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi bersama para pemangku kepentingan lainnya," ujar dia.

Ia mengemukakan konsepsi dan implementasinya seperti itu. Sebab model pengungsian di lapangan beragam. Ada yang terkonsentrasi dalam jumlah besar di lapangan dan masing-masing mendirikan tenda pengungsian di halaman rumah. Sehingga kondisinya tidak bisa disamaratakan.

Karena itu, ia menilai, pendekatan program pun mesti disandarkan pada konteks dan karakteristik warga korban. Bukan sebaliknya, sekonyong-konyong asal bangun Huntara melalui pendekatan proyek.

"Jadi baiknya hal tersebut dilihat secara jernih dan utuh agar program di masa pemulihan sukses memulihkan warga korban. `Gool` besarnya di situ, jika ingin disebut Sulteng sudah bangkit," katanya.

Dia mengatakan membangun Huntara di pekarangan rumah warga sama artinya dengan menyandarkan program pemulihan sebagai satu kesatuan tak terpisah dari penanganan pasca bencana menuju Sulteng Bangkit Bersama.

Sampai saat ini ribuan kepala keluarga masih hidup beralaskan tanah dan beratap tenda di halaman rumah karena rumah miliknya tidak layak dan aman lagi dihuni di Kota Palu,?Kabupaten Donggala dan Sigi.