Palu, (antarasulteng.com) - Para pengusaha anggota Kadin Banyuwangi dan Situbondo, Jawa Timur, mengaku tertarik mereplikasi teknologi budi daya udang vaname Supra Intensif Indonesia (SII) yang sukses diuji coba sejak 2011 di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Dengan teknologi tersebut sampai saat ini mampu mencatatkan produktivitas tertinggi di dunia, kata Dr Ir Hasanuddin Atjo, MP, penemu teknologi budi daya udang SII tersebut saat dihubungi di Kota Palu, Minggu.
"Pengusaha di Banyuwangi dan Situbondo tampak sangat antusias. Saya diundang khusus oleh Kadin setempat untuk memaparkan teknologi SII ini kepada sekitar 100 pengusaha beberapa hari lalu," kata Hasanuddin Atjo.
Teknologi SII diluncurkan pada Oktober 2013 oleh Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Prof Dr Rohmin Dahuri di tambak percontohan sekaligus penelitian di Kelurahan Kuppa, Kabupaten Barru, Sulsel, sekitar 150 km utara Kota Makassar.
Saat diluncurkan, produktivitas tambak percontohan ini tercatat 15,3 ton pada kolam beton berukuran 1.000 meter persegi, atau bila dikonversi ke satuan hektare mencapai 153 ton per hektare sekali panen, sementara teknologi ini mengalami panen minimal dua kali dalam setahun.
Dua tahun setelah diluncurkan dan terus mengalami penyempurnaan, teknologi budi daya ini pada Desember 2015 telah mencatat produktivitas 200 ton/hektare, tetap menjadi teknologi budi daya paling produktif di dunia.
"Teknologi ini masih akan terus mengalami penyempurnaan hingga suatu saat nanti bisa mencatat produktivitas 300 ton/hektare," kata Atjo yang juga Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Wilayah Sulawesi itu.
Atjo menjelaskan bahwa dalam diskusi dengan para pengusaha Banyuwangi dan Situbondo, para paserta banyak menanyakan sistem `nursery` yakni pemeliharan benih udang di dalam kolam nursery (pembenihan) saat berusia 0-25 hari, sebelum dipindahkan ke kolam pemeliharaan.
"Saya berharap teknologi ini semakin banyak direplikasi di berbagai daerah dan saya selalu siap untuk memberikan penjelasan mengenai teknologi ini," ujarnya.
Hasanuddin Atjo yang juga Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah ini sangat yakin dan optimistis bahwa pengembangan yang terprogram, meluas dan berkelanjutan teknologi budi daya yang sangat ramah lingkungan akan menjadikan Indonesia sebagai penghasil udang terbesar di dunia. Teknologi ini akan mampu menyediakan bahan baku untuk industri pengolahan secara berkelanjutan, meningkatkan perolehan devisa dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Karena itu, kata Atjo, dirinya selaku penemu teknologi budidaya udang vaname SII ini selalu siap membantu para pengusaha dan semua pihak yang berminat untuk mempelajari dan mereplikasi teknologi tersebut.
Teknologi ini sudah direplikasi di beberapa daerah seperti NTT dan Sulawesi Tengah, dan hasilnya sangat memuaskan.
Berita Terkait
Honda Supra X 125 hadir dengan desain terbaru
Sabtu, 5 Maret 2022 17:47 Wib
Honda Supra GTR150 Agresif, cocok buat medan di Sulteng
Jumat, 22 Januari 2021 20:11 Wib
MX King 150, motor pertama disegarkan Yamaha 2021
Jumat, 15 Januari 2021 6:46 Wib
Honda rilis All New Supra GTR150 versi agresif
Minggu, 13 Oktober 2019 14:36 Wib
DR Hasanuddin Atjo, MP: Industrialisasi udang harus dipercepat
Selasa, 7 Mei 2019 9:10 Wib
Mencapai Reputasi melalui kebiasaan 'Mengerjakan dan Mencatat'
Senin, 25 Maret 2019 8:26 Wib
Pemda Parimo dorong petambak udang tradisional beralih ke supra intensif
Senin, 28 Januari 2019 12:54 Wib
Petani Parimo butuh 80 juta ekor bibit udang
Jumat, 11 Januari 2019 22:12 Wib