Petani Sulawesi Tengah Keluhkan Sulit Peroleh Pupuk

id pupuk

Petani Sulawesi Tengah Keluhkan Sulit Peroleh Pupuk

Ilustrasi (antaranews)

Palu,  (antarasulteng.com) - Sejumlah petani pada sejumlah daerah di Provinsi Sulawesi Tengah mengeluhkan untuk memperoleh pupuk, jika pun ada harganya cukup tinggi di daerahnya.

Ruben, salah seorang petani di Kabupaten Parigi Moutong, Minggu, mengatakan rata-rata petani bergantung pada usaha komoditi perkebunan kini dihadapi kondisi sulit sekali untuk mendapatkan pupuk.

Kalaupun ada, kata dia harga pupuk di wilayah tersebut sangat mahal."Harganya sampai dua kali lipat dari posisi harga normal," kata petani komoditi kakao di Kecamatan Moutong.

Hal senada juga disampaikan petani di Kabupaten Tolitoli dan Sigi.

"Di Tolitoli pupuk untuk tanaman kakao atau cengkih stoknya terbatas," kata Rahman, petani cengkih di Kecamatan Dampal Selatan.

Ia mengaku seperti ada kecenderungan ketidakadilan dalam pendistribusian pupuk antara untuk petani sekotr perkebunan dan tanaman pangan.

Menurut dia pupuk untuk komoditi tanaman pangan di Tolitoli sangat mudah sekali diperoleh petani.

Tetapi, kebutuhan pupuk untuk tanaman perkebunan sangat sulit diperoleh sehingga produksi kakao dan cengkih setiap kali musim panen mengalami penurunan cukup signifikan.

Ia tidak merinci kecuali mengatakan akibat kekurangan pupuk, hasil panen cengkih maupun kakao terus berkurang setiap kali musim panen.

Keluhan senada juga disampaikan Yance, seorang petani kakao di Kecamatan Kulawi. Ia juga mengaku sulit mendapatkan pupuk bagi tanaman perkebunan.

Lebih mudah petani pangan mendapatkan pupuk, katanya dan menambahakn kebanyakan petani di Sulteng, termasuk di Kabupaten Sigi bergantung pada hasil perkebunan seperti kakao,kopi dan kemiri dan cengkih.

Gubenur Sulteng, Longki Djanggola sebelumnya meminta instansi terkait untuk memperhatikan keluhan petani soal kesulitan mendapatkan pupuk.

"Ya minta maaf kepada petani perkebunan memang dalam dua tahun ini pemerintah pusat hanya memberikan subsidi pupuk bagi tananam pangan (padi, jagung dan kedelai," kata Gubernur Longki.

Tetapi petani perkebunan tidak boleh berkecil hati, sebab pemerintah tetap juga memperhatikan petani di sektor perkebunan.

Hanya saja memang pemerintah sedang menggenjot produksi tanaman pangan agar ke depan Indonesia tidak lagi tergantung pada impor beras, jagung dan kedelai.

Jika program ini berhasil, Indonesia justru bisa jadi pengekspor tiga komoditi pangan setelah kebutuhan nasional sudah terpenuhi dengan hasil produksi petani.

"Saya minta Kadis Perkebunan Sulteng untuk membantu petani yang selama ini kesulitan mendapatkan pupuk," kata Gubernur Longki.

Sulteng selain mengandalkan tanaman pangan, juga perkebunan dan hasil perikanan laut.

Ada delapan komoditi perkebunan menjadi andalan Sulteng yakni kakao, cengkih,kepala dalam, kemiri, lada,kopi dan vanili.