TNLL kerjasama Litbang P2B2 survei fokus Schistosoma

id tnll,lindu,p2b2

TNLL kerjasama Litbang P2B2  survei fokus Schistosoma

Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) bekerja sama Balai Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah melakukan survei fokus schistosoma di tiga wilayah tersebar di Kabupaten Sigi dan Poso. (Foto Antara/anas masa)

Palu,  (Antaranews Sulteng.com) - Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) bekerja sama Balai Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah melakukan survei fokus schistosoma di tiga wilayah tersebar di Kabupaten Sigi dan Poso.


Ketiga wilayah yang menjadi fokus kegiatan kesehatan itu adalah Kecamatan Lindu (Sigi), Kecamatan Lore Utara dan Kecamatan Lore Barat di Kabupaten Poso.

"Kegiatan ini untuk memastikan apakah ada fokus schistosoma di dalam kawasan konservasi TNLL," kata Ketua tim survei yang juga Kepala TU Balai Besar TNLL, Periskila Sampeliling di Palu, Rabu.

Survei tersebut saat ini sedang berlangsung dan diperkirakan berakhir 25 Februari 2018.

Periskila mengatakan selama ini terkesan bahwa fokus penyakit yang sangat menakutkan dan terbilang langka karena hanya ditemukan di tiga negara yakni Jepang, China dan Indonesia tersebut berasal dari dalam kawasan Taman Nasional.

Schistosoma di Indonesia, kata dia, hanya ada di Dataran Lindu, Dataran Napu dan lembah Bada.

Karena itu, pemerintah pusat sangat memberikan perhatian serius terhadap penanganan dan pemberantasan penyakit yang terkenal dengan istilah perut bunyit.

Istilah tersebut karena kebanyakan penderita yang terinfeksi biasanya dalam waktu tertentu perutnya membesar seperti layaknya ibu hamil.

Sepintas orang yang terserang schisto jika sudah parah terlihat seperti penderita penyakit hepatitis B karena selain wajah pucat, juga perut membesar hingga akhirnya meninggal.

Periskila mengatakan untuk memastikan bahwa di dalam kawasan TNLL di tiga wilayah fokus schistosoma yaitu Napu, Bada dan Lindu ada atau tidak, makanya Balai Besar TNLL menjalin kerja sama dengan Balai Litbang Kesehatan P2B2 Kabupaten Donggala melakukan survei dan penelitian.

"Dari kegiatan ini kita berharap segera mendapatkan data akurat sebaran schistosoma sehingga mendapatkan perhatian dan penanganan segera," ujarnya.

Schistosoma merupakan jenis cacing yang menyebabkan penyakit schistosomiasis. Penyakit itu merupakan salah satu penyakit parasit terpenting dalam kesehatan masyarakat.

Karena hanya ada di Sulteng, khususnya Dataran Tinggi Napu, Bada dan Lindu yang merupakan daerah buffer TNLL, maka perhatian pemerintah terhadap penanganan dan pemberantasan penyakit schistosomiasis terpusat ke wilayah-wilayah tersebut.

Di sisi lain, kata dia, tingginya aktivitas masyarakat di TNLL dapat mengancam eksistensi kawasan. Beberapa bentuk ancaman dan gangguan terhadap kawasan seperti pembalakan liar, kebakaran hutan, penambangan ilegal, konflik tenurial antara sektor dan masyarakat.

Gangguan-gangguan dimaksud dapat menimbulkan resiko antara lain kerusakan tata air, hilangnya habitat satwa, terganggunya populasi satwa, banjir dan longsor.

Untuk itu, kata dia, diperlukan upaya yang sistematis dan terintegrasi dalam rangka mewujudkan kelestarian kawasan serta peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan dan juga menekan tingkat infeksi atau penularan schistosomiasis.

Penanggulangan penyakit schistosomiasis, terintegrasi dengan program-program nasional penanggunalangan penyakit menular dan program itu sejalan dengan upaya optimalisasai pengelolaan Kawasan TNLL.

Yunus, salah seorang peneliti dari Balai Litbang Kesehatan P2B2 Donggala membenarkan adanya kegiatan dimaksud dimana survei dilakukan dalam kawasan TNLL di tiga wilayah di Kabupaten Poso dan Sigi.

Survei selain melibatkan tenaga ahli dari Balai P2B2 Donggala, juga didamping petugas Balai Besar TNLL dan masyarakat yang ada di desa-desa yang selama ini menjadi fokus keong.

"Yang kami survei adalah fokus baru tidak hanya di sekitar kawasan, tetapi masuk ke dalam kawasan Taman Nasional," kata dia.

Karena selama ini survei dan penelitian hanya dilakukan sebatas sekitar kawasan.

"Jangan sampai penanganan hanya terpusat pada wilayah-wilayah endemik, padahal sesungguhnya kemungkinan besar bisa terjadi sumber keong rumah cacing schistosoma justru juga ada di dalam kawasan" kata Yunus.

Sementara luas kawasan TNLL sendiri seluruhnya mencapai 217 ribu hektare tersebar di dua kabupaten yakni Poso dan Sigi dan terbesar di Sigi.

Dalam survei schistosoma yang dilakukan bekerja dengan Balai Besar TNLL, kata dia, dibagi beberapa tim terdiri atas sembilan orang ditambah tiga wartawan dari media lokal dan nasional.

Dua diantara wartawan yang ikut dalam kegiatan survei fokus keong schistosoma adalah dari Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA Sulteng.