Pemkot Palu dorong perencanaan pembangunan sensitif terhadap bencana

id Presly Tampubolon, Pemkotpalu, Sulteng, risiko bencana, mitigasi, pembangunan, perencanaan pembangunan,Bpbdpalu

Pemkot Palu  dorong perencanaan pembangunan sensitif terhadap bencana

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu, Presly Tampubolon. ANTARA/Moh Ridwan

Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, terus mendorong perencanaan pembangunan kota sensitif terhadap isu kebencanaan dalam rangka mengurangi dampak risiko.
 
"Konsistensi pemerintah setempat dalam mengurangi dampak risiko bencana telah diatur dan ditata lewat regulasi tata ruang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu Presly Tampubolon di Palu, Minggu.
 
Ia menjelaskan, tata kelola ruang diatur dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan rencana detail tata ruang (RDTR) sebagai acuan dalam pengembangan kawasan perkotaan yang dituangkan melalui rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).
 
"Salah satunya melalui arahan perizinan bangunan yang lebih tahan terhadap potensi gempa dan tsunami," ujar Presly.
 
Ia memaparkan, perencanaan pembangunan berbasis risiko bencana sejalan dengan visi dan misi Pemkot Palu yakni membangun kembali tatanan lingkungan yang aman dan nyaman dengan dukungan infrastruktur yang berketahanan terhadap bencana.
 
Oleh karena itu, setiap kegiatan pembangunan dilakukan pemerintah maupun pihak swasta perlu mempertimbangkan infrastruktur tahan terhadap guncangan serta aspek ekologis.
 
Kota Palu salah satu daerah di Sulawesi Tengah rawan bencana, sehingga dibutuhkan kematangan dalam perencanaan yang memperhatikan aspek-aspek risiko," ucap Presly.
 
Selain perencanaan, Pemkot Palu juga mendorong dunia pendidikan memprioritaskan pendidikan berbasis mitigasi yang dimasukkan ke dalam kurikulum belajar, mulai dari satuan pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
 
Hal ini dimaksudkan, agar tingkat pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat lebih mumpuni dalam menghadapi ancaman dan risiko bencana.
 
"Bencana yang terjadi 28 September 2018 merupakan pelajaran besar agar kita semua siap menghadapi situasi darurat," katanya.
 
Ia menambahkan, mitigasi dipercaya dapat meminimalisir dampak ditimbulkan suatu bencana, baik bencana alam maupun bencana non alam seperti yang dihadapi saat ini, pandemi COVID-19.
 
"Bencana datang tidak mengenal waktu, dan tidak ada yang bisa memastikan kapan bencana datang. Maka penguatan kapasitas dan peningkatan pengetahuan menghadapi risiko-risiko itu harus lebih ditingkatkan, agar dampak ditimbulkan dapat terminimalisir," demikian Presley.