Sebagian Warga Sulteng Masih Pakai Air Keruh

id Banggai, air, Mustar Labolo

Sebagian Warga Sulteng Masih Pakai Air Keruh

Ilustrasi (Dokumentasi)

Mau diapa lagi, masyarakat hanya bisa pasrah karena ketiadaan sumber air bersih,"

Palu, (ANTARA) - Sebagian masyarakat di Sulawesi Tengah masih mengonsumsi air keruh dan berbau tidak sedap akibat masih terbatasnya sarana air bersih di daerah itu.

Anggota Komisi IV DPRD Sulawesi Tengah Mustar Labolo, Kamis, dalam kunjungan kerjanya masih menemukan warga di Kabupaten Banggai yang mengkonsumsi air tidak sehat tersebut.

"Itu saya temukan saat saya reses di Desa Tomeang, Jaya Makmur, Petak dan Desa Binohu Kecamatan Nuhon," kata Mustar di Banggai yang dihubungi melalui telepon dari Palu.

Dia mengatakan, masyarakat di sejumlah desa tersebut terpaksa mengonsumsi air yang tidak memenuhi standar kesehatan karena tidak ada pilihan lain.

"Sudah keruh, baunya juga tidak enak. Ini yang mereka konsumsi selama ini," kata Mustar.

Mustar mengatakan air yang dikonsumsi masyarakat berwarnah kekuning-kuningan seperti warna kopi susu. Selain untuk diminum, air itu juga digunakan memasak, mandi dan mencuci.

Menurut Mustar, masyarakat yang bermukim di kecamatan itu berharap pemerintah kabupaten atau provinsi melalui Dinas Pekerjaan Umum membangun sarana air bersih karena ada sumber air yang bisa diharapkan untuk bisa dialiri ke pemukiman penduduk.

Di wilayah kecamatan ini juga berdiri sebuah pondok Pesantren Hayatul Islam. Seperti halnya masyarakat umum lainnya, penghuni pondok pesantren di sana juga mengonsumsi air di luar standar kesehatan karena warna dan baunya yang tidak sedap.

"Mau diapa lagi, masyarakat hanya bisa pasrah karena ketiadaan sumber air bersih," kata Mustar.

Selain mengadukan masalah air bersih masyarakat juga meminta agar memperbaiki irigasi Bela Kompi yang mengairi sekitar 700 hektare sawah di Kecamatan Nuhon.

Irigasi tersebut rusak akibat diterjang banjir beberapa waktu lalu sehingga beberapa jaringannya rusak berat.

"Kalau irigasi ini tidak ditangani segera, lama-lama bisa tertimbun batu. Ongkosnya akan semakin banyak lagi," katanya. (A055)