Pengungsi kehabisan makanan di tujuh desa terisolir

id pengungsi,sigi,gempa

Pengungsi kehabisan makanan di tujuh desa terisolir

Warga melintas di dekat jeriken bertuliskan "Lapar dan Haus" di salah satu titik pengungsian korban gempa bumi dan tsunami di Desa Beka, Marawola, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10). Sejumlah wilayah yang terdampak bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Sigi hingga kini belum tersentuh bantuan kemanusiaan. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki/wsj/18.)

Palu,  (Antaranews Sulteng) - Pengungsi di tujuh desa di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala yang terisolir akibat gempa 7,4 pada Scala Richter, Jumat (28/9), kini sudah kehabisan bahan makanan.

Harjon (37), warga Desa Kamonji, Minggu, mengungkapkan setelah gempa yang merusak banyak rumah pada pekan lalu itu, sejumlah warga yang sebagian besar mengungsi ke gunung mulai kelaparan.

"Hari pertama gempa, warga menyelamatkan diri ke gunung. Dua hari kemudian baru turun cari logistik ke kampung," kata Herjon.

Tujuh desa tersebut yakni Desa Kamonji, Malei, Ketong, Rano, Manimbaya, Palau dan Pomolulu.

Sementara satu desa yakni Walandano, tidak terisolir karena masih berada di dekat jalan ?penghubung utama antar provinsi, di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala. 

Pada saat kejadian gempa dan tsunami, korban jiwa di kecamatan Balaesang hanya dua orang yakni, Amiruddin dan anaknya yang tertimpa longsor saat dalam perjalanan menuju kampung.

Sepekan pengungsi di wilayah itu hanya makan seadanya.

Kini, kata Herjon, para pengungsi mulai kelaparan. Sebab, bantuan logistik belum pernah sampai ke tempat mereka terlebih akses menuju ke tujuh desa sangat sulit.?

"Tidak ada lagi makanan di pengungsian. Sementara mau ke Palu juga kami tidak punya bahan bakar," katanya.

Baca juga: Gubernur Longki tinjau dampak gempa bumi di Jono Oge Sigi
Baca juga: Desa Jonooge Kabupatean Sigi masih terisolir