Taman Nasional Lore Lindu bentuk Masyarakat Peduli Api untuk cegah kebakaran

id TNLL,bentuk,masyarakat peduli api

Taman Nasional Lore Lindu bentuk Masyarakat Peduli Api untuk cegah kebakaran

Salah satu satwa endemik Sulawsai burung Celepuk Sulawesi. Burung ini umum ditemukan di Taman Nasional Lore LIndu (TNLL) , dari dataran rendah sampai dataran tinggi, menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi, tepi hutan, lahan budidaya. ANTARA/Dok. LSM KOMIU/aa

Hampir di setiap desa sudah terbentuk MPA
Palu (ANTARA) - Pengelola Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA) guna mengantisipasi dan mencegah kebakaran hutan dan lahan di kawasan konservasi.

"Hampir di setiap desa sudah terbentuk MPA," kata Kepala Balai Besar TNLL, Jusman di Palu, Rabu menanggapi kasus kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah di Tanah Air menyusul kemarau panjang yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir ini.

Dia mengaku kawasan TNLL rawan berbagai gangguan, termasuk kebakaran hutan, sebab ada banyak desa yang berbatasan dengan kawasan konservasi tersebut.

Kawasan konservasi Lore-Lindu, kata dia, terbagi dalam dua wilayah yakni sebagian masuk Kabupaten Poso dan sebagian lagi Kabupaten Sigi.

Ada sekitar 70-an desa tersebar di dua kabupaten itu, berbatasan langsung dengan kawasan taman nasional.

Karena itu, pihak Balai Besar TNLL perlu melakukan pendekatan ke masyarakat yang ada di sekitar kawasan baik melalui program pemberdayaan ekonomi maupun pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Dia mengaku masyarakat sekitar kawasan sangat mendukung langkah pembentukan MPA yang dibentuk oleh Balai Besar TNLL.

Hal itu terbukti hampir seluruh desa di Kabupaten Poso terutama yang ada di Dataran Tinggi Lore dan juga Kabupaten Sigi sudah ada yang namanya MPA.

Pembentukan kelompok partisipasi dimaksud agar dapat membantu pemerintah untuk mengantisipasi dan mencegah kebakaran hutan dan lahan di dua daerah tersebut yang termasuk rawan kebakaran hutan dan lahan.

Setelah membentu MPA, kata Jusman, langsung diikuti dengan pelatihan. "Kami lengkapi mereka dengan peralatan dan juga memberikan materi pencegahan dan penanganan bila terjadi kebakaran," katanya.

Kelompok-kelompok itu, lanjut Jusman, bersama-sama petugas dari Balai Besar TNLL turun ke lapangan melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Dengan begitu diharapkan masyarakat tidak lagi sembarangan membakar lahan untuk perkebunan ataupun lainnya.

Juga memasang tanda/papan peringatan agar masyarakat tidak sembarangan membuang puntung rokok yang bisa memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Berdasarkan pantauan petugas di lapangan, banyak terlihat tanaman kering dan jika terkena percikan api bisa menimbulkan kebakaran hutan dan lahan.

"Kalau hutan sudah terbakar akan sulit untuk dipadamkan seperti yang terjadi pada beberapa tahun lalu.

Pada 2015 juga pernah terjadi kebakaran hutan dan lahan, termasuk di kawasan konservasi TNLL, meski berhasil dipadamkan, tetapi tentu merugikan karena banyak pohon, termasuk endemik yang terbakar.

Selain itu juga mengancam berbagai jenis satwa, termasuk satwa langka yang dilindungi dan selama ini hidup berkembang biak di kawasan konservasi TNLL.

Jusman berharap dengan adanya kelompok masyarakat peduli api, dapat meminimalkan kebakaran hutan dan lahan di daerah ini, terutama di sekitar dan dalam kawasan konservasi.

Baca juga: BTNLL perlu kenalkan fungsi taman nasional kepada milenial
Baca juga: Bupati Sigi dukung pengembangan obyek wisata di TNLL
Baca juga: Balai Besar TNLL benahi Telaga Tambing menjadi wisata edukasi